Ini seperti cerita dalam novel-novel ternama yang sering aku baca.
...
Tatapan mataku
pagi ini kosong,
Memasuki sebuah
ruangan kosong hitam dan penuh dengan tanda tanya menggelantung disana sini.
Rasanya aku ingin bertemu dengan sesuatu yang bertanggungjawab atas kisah
hidupku. Aku ingin mengadukan banyak hal.
...
6 tahun terakhir
kulewati sesuatu yang tak pernah terbayangkan.. mengenal apa itu menata masa
depan, mengenal baik dan buruknya pergaulan, mengenal apa itu pekerjaan,
mengenal bagaimana cinta (yaitu perasaan yang mulia, kata kebanyakan buku)
mengubah cara berfikirku.
Aku fikir ribuan
rencana dan usahaku akan berlabuh pada dermaga kebahagiaan yang hakiki yang
secara rumus matematika akan menghasilkan nilai luar biasa memuaskan.
Tapi ternyata
tidak semudah menghitung angka atau menterjemahkan puisi.
Hidup ini
bergerak ke arah manapun, dari cinta yang indah kemudian penghianatan dan
ketidakmampuan mempertahankan akhirnya salah satu menyerah tanpa perlawanan.
Kemudian BRAKKK..... tidak ada lagi cinta. Kata bulshit yang sekarang aku tak
percayai lagi.
...
Saat itu aku
memberanikan diri kesana kemari sendirian, berusaha menjadi calon wanita
tangguh. Termasuk pergi ke luar kota jauh dari kota kelahiranku dengan tujuan
mencarinya, mencari cintaku yang pernah memohon padaku tetap setialah disana.
Karena aku takut
sekali kehilangannya, karena kami memiliki kisah indah dan rangkaian rencana
indah lainnya di masa yang akan datang.
Namun... waktu
menghilangkan dia, bak pasir gurun yang terbang terbawa angin. Kini tinggal
pasikr yang tersangkut pada sela-sela batu kerikil.
Entah siapa yang
bertanggungjawab atas hal ini, akhirnya aku menyerah... tanpa ada usaha darinya
mendatangiku melihat mataku yang setiap hari sembab karena menangisinya.
Ku peluk rindu ini
melalui mukenah dan al qur’an yang ia beri dulu, aku mengadu padaNYA ... “jika
ia milikku tolong jangan siksa aku dengan kesulitan berkomunikasi atau
mencarinya Tuhan!.”
...
W A K T U
Semakin
menghapus semuanya, asa ku mulai menemui tembok buntu.. usahaku terhenti,
kakiku lelah.
Disitulah cara
berfikirku mulai berubah, aku merasa gagal. Apakah yang salah denganku, apakah
mulutku, wajahku, perangaiku sangat mengganggunya. Apakah aku terlalu bodoh
atau rendah atau aku terlalu lemah.
Kubuat diriku
sibuk dengan berbagai kegiatan, aku mencoba menunggu berharap tiba-tiba ia ada
di sini.
Hingga di tahun
ke 5, ...Tak rindukah kau padaku wahai pecinta diam. Tahukah kau aku mulai
lelah, aku hanya ingin mendengar suaramu.
Rasanya air
mataku sudah habis terkuras.
rasanya chat via
berbagai macam media sosial, via email dan via bermacam-macam gadget tak
membuatnya paham aku merindukan balasannya.
..
Hhsshh..
Mungkin aku
sudah jauh tertinggal dari karir dan pendidikannya, hingga dia tidak merasa pantas
dengan seorang Eka.
Dan Tik Tok
seseorang lain mengajakku menikah, dia orang yang baru ku kenal beberapa bulan
lalu yang pernah bertukar cerita tentang masing-masing kisah asmaranya.
Ku tantang ia
untuk berbicara langsung dengan kedua orangtuaku yang notabennya orangtuaku hanya
mengenal 1 orang yaitu “Kaldera” laki-laki yang sudah entah dimana hatinya
singgah.
Sudah dapat
ditebak jika kedua orangtuaku menolaknya dan memberikan ribuan pertanyaan
padaku tentang laki-laki tersebut. Pertanyaan bernada sinis membandingkan
dengan sosok dia yang bagi mereka ia adalah laki-laki idaman; pendiam, baik,
berkarir baik, berpendidikan tinggi.. perfect.
Dia memang
perfect untuk wanita sepertiku, tapi hatinya sudah tidak ada .. apa lagi yang
harus aku lakukan ibu, usahaku sudah sampai di depan mukanya namun NOTHING.
Tidak ada jawaban apa-apa, tidak ada arti apapun. aku harus bagaimana.
Kemudian kucoba
meyakinkan mereka, dengan merelakan diriku akan tetap bekerja dan kuliah untuk
mereka, aku rela tidak akan pergi dari rumah ini. Dan aku yakinkan bahwa
laik-laki ini mampu membimbingku , dia baik, dia akan mendukungku menggapai
cita-citaku, dia matang, meskipun dilihat dari mata ia jauh berbeda dengan sang
pujaan mereka.
Tapi apa lagi
yang harus aku lakukan, jika hatinya sudah bukan di sini anakmu ini tidak dapat
berbuat apa-apa... tentu kamu menangisinya bu, tentu karena bertahun-tahun kau
menyayanginya, apalagi aku anakmu yang merasakan begitu banyak kebahagiaan dan
kejadian dengannya. Apakah aku tidak sakit? Apakah aku tidak sedih? Lebih dari
sekedar perasaan itu bu.
Lalu mengapa kau
makin merusak perasaanku ibu, mengapa kau tidak paham kondisiku sekarang?
Mengapa kau tidak membantuku melupakannya? Mengapa kau malah membuat aku makin
kacau ??!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!